ShoutMix chat widget

Anda berminat buat Buku Tamu seperti ini?
Klik di sini
Artikel Terbaru

Friday, October 1, 2010

Anjuran Untuk Melakukan Taubat Nashuha

Taubat nashuha ialah kembalinya seorang hamba kepada Allah Ta’ala, tiada sekutu bagi-NYA dari dosa yang pernah dia lakukan baik karena sengaja atau lupa dengan kembali secara benar, ikhlas, percaya, dan berhukum dengan ketaatan yang akan menghantarkan hamba tersebut kepada kedudukan para wali Allah yang bertaqwa serta menjauhkan antara dia dengan jalan-jalan syaitan.
Di antara hal yang memperkuat akan wajibnya taubat nashuha untuk dilakukan secara berkelanjutan dan secepat mungkin adalah bahwa manusia manapun tidak akan pernah lepas dan tidak akan selamat dari kekurangan, namun setiap makhluk bertingkat-tingkat dalam kekurangan tersebut sesuai dengan takdirnya masing-masing, bahkan pada dasarnya mereka pasti memiliki kekurangan. Sehingga hal tersebut harus ditutupi dengan taubat nashuha. Allah Ta’ala telah menganjurkan untuk melakukan taubat dan beristighfar, karena hal itu lebih baik daripada gemar melakukan dosa secara terus-menerus.

Allah berfirman: “…Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengadzab mereka dengan adzab yang pedih di dunia dan akhirat dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi.” (QS. At-Taubah 74)

Demikian pula para Nabi dan Rasul-Rasul Allah Ta’ala, mereka senantiasa menganjurkan kaum-kaum mereka untuk bertaubat karena manusia tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat” (HR: At-Tirmidzi no. 2499, Ibnu Majah no. 4251, Ahmad – III/198, al-Hakim – IV/244, dari Anas dan dihasankan oleh Al-Albani dalam kitab Shahiih al-Jaami’ ash-Shaghir no. 4391)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya para hamba tidak melakukan dosa niscaya Allah akan menciptakan makhluk lain yang melakukan dosa, kemudian Allah akan mengampuni mereka, dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (HR: Al-Hakim – IV/246, Abu Nu’aim dalam kitab al-Hilyah – VII/204, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam kitab Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 967)

Semoga kita sebagai hamba Allah menyadari kekurangan diri ini dan bersegera melakukan taubat nashuha yang akan mensucikan ruh dari segala kotoran-kotorannya dan membersihkan hati dari karatnya. Karena dosa-dosa adalah raan (karat) yang melekat pada hati dan penghalang dari segala hal yang dicintai dan berpaling dari hal-hal yang akan menjauhkan hati dari sesuatu yang dicintai secara syara’ adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Sesungguhnya apabila seorang mukmin melakukan dosa, maka akan terjadi bintik hitam di dalam hatinya. Jika ia bertaubat dan melepaskan dosa tersebut serta beristighfar, maka hatinya akan dibersihkan. Namun, jika ia menambah dosanya, maka bintik hitam tersebut pun akan bertambah sehingga menutupi hatinya. Maka itulah yang dimaksud dengan raan (karat) yang disebutkan oleh Allah dalam kitab-NYA: “Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka” (QS. Al Muthaffifin: 14)

Para Nabi dan Rasul juga selalu memperbanyak taubat dan istighfar (memohon ampunan) Allah Ta’ala, dimana mereka lebih baik dan lebih mulia dari pada hamba Allah lainnya apalagi yang hidup di akhir zaman ini. Sehingga apabila ada diantara kita yang angkuh dan enggan untuk bertaubat, tentulah termasuk manusia yang merugi dan tercela. Dan Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang berfirman: “Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampunan kepada-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Maa-idah: 74)

Marilah kita berupaya mendatangkan kebaikan sebagai ganti kejelakan amal yang telah kita kerjakan. Yang demikian itu tidak akan datang kecuali dengan adonan yang dicampur dengan manisnya ilmu dan kepahitan sabar, sehingga kita akan menemukan jalan yang lurus diatas perkara yang baik ini. Dan kita harus waspada, jangan sampai meremehkan agama Allah Jalla wa’Ala walaupun harus menggenggam bara api. Wallahu ‘Alam.

(Dikutip dari: At-Taubah an-Nashuuh fii Dhau-il Qur-aan al-Kariim wal Ahaadiits ash-Shohiihah, Karya Asy-Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali)

No comments:

Post a Comment